Karya tulis: Azari Tumanggor (Asal Siambaton, Pakkat. Mahasiswa Bimbingan Konseling, UNIMED) |
Di lembah
dolok pinapan sore itu,
Kita berduka.
Dinginnya embun,
Meratap pilu membuat hati kita membeku.
Dinginnya embun,
Meratap pilu membuat hati kita membeku.
Apa ada lagi
yang lebih indah dari sejarah?
Tentang lukisan gunung emas kita, yang terkenal di Eropa?
Tentang lukisan gunung emas kita, yang terkenal di Eropa?
Bahkan burung bernyanyi,
Hutan kita punya jati, untuk rumah kokoh sekuat baja.
Namun apa ada
yang lebih indah dari mimpi?
Merajut sejuk diantara terik,
Mengikat harap disaat pelik?
Merajut sejuk diantara terik,
Mengikat harap disaat pelik?
Kita sedang
berduka.
Hari itu di Dolok Sanggul, seorang anak baru saja berhenti.
Dari rangkaian doa dan harapan.
Dari kemunafikan pejabat tentang “manusia”.
Hari itu di Dolok Sanggul, seorang anak baru saja berhenti.
Dari rangkaian doa dan harapan.
Dari kemunafikan pejabat tentang “manusia”.
Apakah akan diperpanjang ke rumah kita?
Hai anak
muda!!
Apa itu begitu lucu bagimu?
Tentang seorang anak tak sekolah.
Ayah keriput menanggung lelah,
Melintasi gunung untuk mencari haminjon?
Apa itu begitu lucu bagimu?
Tentang seorang anak tak sekolah.
Ayah keriput menanggung lelah,
Melintasi gunung untuk mencari haminjon?
Seorang ibu sedang menajak kehampaan, untuk dijadikan beras.
Seingatku, mereka tak mengenal kota.
(bam/ppt. Sabtu, 4 Maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar