Foto Edit by Bernata Asmail Manalu (Sekum Gen-PAPATAR) |
“PAPATAR BUKAN TIDAK MUSTAHIL UNTUK MAJU”
Penulis: Bernata Asmail Manalu
Horas Generasi PAPATAR....
Jangan
sedih kawan-kawan Muda PAPATAR, karena hal-hal berikut mungkin sangatlah tidak
atau paling tidak hanyalah sedikit saja menjadi bagian dari keberadaanmu.
Silahkan marah, bringas, membabibuta jikalau kamu tidak sepakat atau tidak mau
diajak sepakat. Penulis bukanlah sosok yang menginginkan atau sengaja
memancingmu untuk hal kolot yang begitu... tarik napas lalu simak....
Kejam
ya pernyataan ini, kalau singkatnya itu, “PAPATAR MUSTAHIL MAJU” mungkin kalau
ada orang yang menyatakan langsung pernyataan ini kepada saya, habislah
perkataan kotor hingga muiluitnya yang kotor oleh lenganku yang mungil ini. Mengapa
begitu? Iyalah kan orang-orang pintar mengatakan, “BAGI TUHAN TAK ADA YANG
MUSTAHIL”. Nah kembali pada pernyataan diatas. Setelah saya baca berulang kali,
mungkin kawan-kawan Muda juga boleh mencoba, membaca berulang, saya semakin
terbawa rasa takut. Bukan tidak mungkin juga kan? Iya, saya berfikir begitu
adalah dengan melihat cerminan diri saya sendiri. Saya hampir bisa dibilang
tidak mau tahu soal kata PAPATAR. Bahkan tak tahu untuk mengejanya entahlahlah
darimana huruf-huruf itu digabung. Kalau saya sendiri sih masih tahu PAPATAR
itu apa. PAPATAR itu singkatan dari Pakkat Parlilitan Tarabintang. Nilai
seratus masih kalau pengetahuanku. Hahahhahaaa...
Tak
jarang mereka (Pemuda/i PAPATAR) mengatakan, urusan mengurusi PAPATAR adalah
Pemerintah. Ada Bupati, Camat, hingga Kepala Desa. Bagaimana menurut
kawan-kawan? Kebanyakan sepakat, ya? Disinilah titik puncak kekhawatiran kita
sebenarnya. Dimana Para Pemuda sudah buta dan apatis bahkan lupa soal mottonya
sebagai orang Batak, “ARGA DO BONA NI PINASA”. Percaya atau tidak Daerah kita
ini hanya bisa berubah oleh kita saja. Waktu selalu berjalan yang tua akan
mati, yang muda akan tua, dan anak-anak akan menggantikan posisi Pemuda.
Begitulah flashback nya hingga ada yang lahir kembali untuk bertumbuh
menggantikan anak-anak. Akan sangat panjang jika kita kaji semua kekhawatiran
itu. Saya percaya kita bisa untuk, paling tidak membayangkanya.
Peduli
adalah kata kuncinya, Bertindak adalah solusi satu-satunya.
Saya lebih semangat
membawa kawan-kawan berbicara yang kemudaian akan bertindak soal “Apa yang
bisa kita sumbangkan untukj pembangunan PAPATAR kita ini. Bagaimana? Itulah
pertanyaanya? Tapi apakah kawan0-kawan sudah siap untuk menyampaikan pertanyaan
itu? Mengapa saya katanm demikian adalah karena itulah tugas pokoknya yang pada
akhirnya akan selalu kembali pada kita kaum muda. Kaum muda kita dijaman
terakhir ini ibarat, “BAGUDUNG MADABU TU JAGAL” mengapa begitu? Pesatnya
perkembangan teknologi membuat kita menjadi boneka hidup. Segala sesuatu dipermudah
dengan teknologi, namun yang kita alami, semua menjadi Kita persulit. Banyak
hal yang bisa kita perbuat. Mari kita coba batasi dalam tiga hal yang saya
lihat adalah hal yang sangat umum kita rasakan di PAPATAR. Ini adalah soal
perjalanan hidup kaum muda. Coba kita simak dari golongan remaja hingga dewasa.
Kalau kita perhatikan dengan cermat, pemuda kita ada tiga macam, yaitu: dikampung, merantau dan Kuliah. Inilah
gambaran PAPATAR untuk beberapa tahun kedepanya. Bagaimana dia yang memilih
tinggal di kamopung? Bangaimana dia yang memilih Merantau? Bagaimana dia yang
memilih Kuliah?
Mereka
yang dikampung cenderung menjadi tak punya cita-cita bahkan soal masa depannya.
Iya, dia yang sama sekali tidakmau berbuat untuk merubah nasib. Makan-bertaahn
hidup spertinya sudah menjadi pilihan yang pada akhitrnya mengimani soal
takdir. Banmyak penyebabnya dan ini menjadi tugas kita dalam Kegiatan yang akan
kita lakukan di bulan Maret 2017 nanti.
Mereka
yang memilih merantau juga tak jauh beda, merantau tanpa motivasi untuk sukses
dalam hal membangun. Kebanyakan dari mereka masih terjerat tradisi, “eme na masak digagat ursa”. Merantu
yang pada dasarnya bertujuan untuk merubah taraf hidup, nyatanya adalah untuk
merubah tempat hidup saja. Peran kita bersama sangat kami harapkan bagi
kawan-kawan kaum muda untuk mencari solusi dalam hal ini. Maka hadirlah bulan
Maret nanti.
Merekan
yang memilih untuk melanjut kuliah, bagi sebagian bisalah kita agak berbangga
hati. Kenapa? Karena dia mungkin menyadari pentinya ilmu pengetahuan. Tapi,
setelah dikaji-kaji dengan melihat pengaruh keberadaan mereka terhadap kondisi
daerah kita yang tetap begitu-begitu saja, kembalilah kita bertanya. Betulkah
mereka memang menyadari pertingnya ilmu pengetahuan hingga melanjutkan kuliah?
Kawan-kawanku
sangatlah banyak hal yangh harus kitan perbaiki dalam POLA PIKIR kita Pemuda
ataupun Generasi PAPATAR ini. Seberat apapun langkahmu, langkahkanlah! Sekalipun
kau tak mengerti akan pokok persoalan ini, doakanlah supaya kamu bisa mengerti.
Ini mungkin menjadi ajakan, himbauan, amarah, kebahagiaan, semualah tentang
rasa kita terhadap daerah kita PAPATAR. Marilah saling merangkul untuk hal itu.
Kita akan bangkit, mendongkrak semua potensi yang ada, “TAPATURE MA HUTA TA”...
HORAS
MA GENERASI PAPATAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar