Kamis, 09 Februari 2017

“PAPATAR BUKAN TIDAK MUSTAHIL UNTUK MAJU

Foto Edit by Bernata Asmail Manalu (Sekum Gen-PAPATAR)

“PAPATAR BUKAN TIDAK MUSTAHIL UNTUK MAJU”
Penulis: Bernata Asmail Manalu


Horas Generasi PAPATAR....

Jangan sedih kawan-kawan Muda PAPATAR, karena hal-hal berikut mungkin sangatlah tidak atau paling tidak hanyalah sedikit saja menjadi bagian dari keberadaanmu. Silahkan marah, bringas, membabibuta jikalau kamu tidak sepakat atau tidak mau diajak sepakat. Penulis bukanlah sosok yang menginginkan atau sengaja memancingmu untuk hal kolot yang begitu... tarik napas lalu simak....

Kejam ya pernyataan ini, kalau singkatnya itu, “PAPATAR MUSTAHIL MAJU” mungkin kalau ada orang yang menyatakan langsung pernyataan ini kepada saya, habislah perkataan kotor hingga muiluitnya yang kotor oleh lenganku yang mungil ini. Mengapa begitu? Iyalah kan orang-orang pintar mengatakan, “BAGI TUHAN TAK ADA YANG MUSTAHIL”. Nah kembali pada pernyataan diatas. Setelah saya baca berulang kali, mungkin kawan-kawan Muda juga boleh mencoba, membaca berulang, saya semakin terbawa rasa takut. Bukan tidak mungkin juga kan? Iya, saya berfikir begitu adalah dengan melihat cerminan diri saya sendiri. Saya hampir bisa dibilang tidak mau tahu soal kata PAPATAR. Bahkan tak tahu untuk mengejanya entahlahlah darimana huruf-huruf itu digabung. Kalau saya sendiri sih masih tahu PAPATAR itu apa. PAPATAR itu singkatan dari Pakkat Parlilitan Tarabintang. Nilai seratus masih kalau pengetahuanku. Hahahhahaaa...

Tak jarang mereka (Pemuda/i PAPATAR) mengatakan, urusan mengurusi PAPATAR adalah Pemerintah. Ada Bupati, Camat, hingga Kepala Desa. Bagaimana menurut kawan-kawan? Kebanyakan sepakat, ya? Disinilah titik puncak kekhawatiran kita sebenarnya. Dimana Para Pemuda sudah buta dan apatis bahkan lupa soal mottonya sebagai orang Batak, “ARGA DO BONA NI PINASA”. Percaya atau tidak Daerah kita ini hanya bisa berubah oleh kita saja. Waktu selalu berjalan yang tua akan mati, yang muda akan tua, dan anak-anak akan menggantikan posisi Pemuda. Begitulah flashback nya hingga ada yang lahir kembali untuk bertumbuh menggantikan anak-anak. Akan sangat panjang jika kita kaji semua kekhawatiran itu. Saya percaya kita bisa untuk, paling tidak membayangkanya.

Peduli adalah kata kuncinya, Bertindak adalah solusi satu-satunya.

Saya lebih semangat membawa kawan-kawan berbicara yang kemudaian akan bertindak soal “Apa yang bisa kita sumbangkan untukj pembangunan PAPATAR kita ini. Bagaimana? Itulah pertanyaanya? Tapi apakah kawan0-kawan sudah siap untuk menyampaikan pertanyaan itu? Mengapa saya katanm demikian adalah karena itulah tugas pokoknya yang pada akhirnya akan selalu kembali pada kita kaum muda. Kaum muda kita dijaman terakhir ini ibarat, “BAGUDUNG MADABU TU JAGAL” mengapa begitu? Pesatnya perkembangan teknologi membuat kita menjadi boneka hidup. Segala sesuatu dipermudah dengan teknologi, namun yang kita alami, semua menjadi Kita persulit. Banyak hal yang bisa kita perbuat. Mari kita coba batasi dalam tiga hal yang saya lihat adalah hal yang sangat umum kita rasakan di PAPATAR. Ini adalah soal perjalanan hidup kaum muda. Coba kita simak dari golongan remaja hingga dewasa. Kalau kita perhatikan dengan cermat, pemuda kita ada tiga macam, yaitu: dikampung, merantau dan Kuliah. Inilah gambaran PAPATAR untuk beberapa tahun kedepanya. Bagaimana dia yang memilih tinggal di kamopung? Bangaimana dia yang memilih Merantau? Bagaimana dia yang memilih Kuliah?

Mereka yang dikampung cenderung menjadi tak punya cita-cita bahkan soal masa depannya. Iya, dia yang sama sekali tidakmau berbuat untuk merubah nasib. Makan-bertaahn hidup spertinya sudah menjadi pilihan yang pada akhitrnya mengimani soal takdir. Banmyak penyebabnya dan ini menjadi tugas kita dalam Kegiatan yang akan kita lakukan di bulan Maret 2017 nanti.

Mereka yang memilih merantau juga tak jauh beda, merantau tanpa motivasi untuk sukses dalam hal membangun. Kebanyakan dari mereka masih terjerat tradisi, “eme na masak digagat ursa”. Merantu yang pada dasarnya bertujuan untuk merubah taraf hidup, nyatanya adalah untuk merubah tempat hidup saja. Peran kita bersama sangat kami harapkan bagi kawan-kawan kaum muda untuk mencari solusi dalam hal ini. Maka hadirlah bulan Maret nanti.
Merekan yang memilih untuk melanjut kuliah, bagi sebagian bisalah kita agak berbangga hati. Kenapa? Karena dia mungkin menyadari pentinya ilmu pengetahuan. Tapi, setelah dikaji-kaji dengan melihat pengaruh keberadaan mereka terhadap kondisi daerah kita yang tetap begitu-begitu saja, kembalilah kita bertanya. Betulkah mereka memang menyadari pertingnya ilmu pengetahuan hingga melanjutkan kuliah?

Kawan-kawanku sangatlah banyak hal yangh harus kitan perbaiki dalam POLA PIKIR kita Pemuda ataupun Generasi PAPATAR ini. Seberat apapun langkahmu, langkahkanlah! Sekalipun kau tak mengerti akan pokok persoalan ini, doakanlah supaya kamu bisa mengerti. Ini mungkin menjadi ajakan, himbauan, amarah, kebahagiaan, semualah tentang rasa kita terhadap daerah kita PAPATAR. Marilah saling merangkul untuk hal itu. Kita akan bangkit, mendongkrak semua potensi yang ada, “TAPATURE MA HUTA TA”...

HORAS MA GENERASI PAPATAR


Tidak ada komentar:

Posting Komentar