Jumat, 03 Maret 2017

PAPATAR DAN KEMERDEKAAN


Karya Tulis: Azari Tumanggor


PAPATAR adalah daerah yang mempunyai potensi alam yang sangat banyak, di mulai tanahnya yang bagaikan surga dengan emas - emasnya, hasil hutan yang masih menjadi komoditas rakyat daerah, dan masih banyak yang lain. PAPATAR yang selama ini layaknya terdegradasi dari lalu lintas perintahan HUMBANG HASUNDUTAN, sudah bolehlah berpikir untuk kesejahteraan dalam 5 tahun mendatang. Di mulai dari pembangunan jalan, kemajuan peternakan dan perikanan, peningkatan kualitas hasil pertanian, dan lain sebagainya terlebih pelestarian HAMINJON sebagai ciri identitas daerah Pakkat yang sudah mulai menghilang dari pandangan kita sehari - hari.

Kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka harusnya masyarakat PAPATAR sudah mulai berbicara dengan kemerdekaan yang menjanjikan antara kerja sama masyarakat dan pemerintah setelah pesta demokrasi ini baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Terlebih pembangunan SIPULAK menjadi PLTA yang bekerja sama dengan pihak asing harusnya rakyat PAKKAT diberi hak layaknya tuan rumah, bukan budak di rumah sendiri. Dan tentunya masih banyak zona lain yang memberikan efek bias yang memaksa rakyat kita harus bertempur dengan cangkul -cangkul
yang sudah patah dan hanya bermodalkan semangat untuk mencari sesuap nasi.
Sebagai daerah yang mempunyai otonomi, daerah PAPATAR juga harusnya sudah bisa juga mulai membuat pondasi agar menjadi daerah pemekaran agar semakin dekat dengan kehidupan yang madani seperti yang dijanjikan oleh negara kita sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Jika PAPATAR tetap masih seperti si nenek yang pincang dalam perjalanan kehidupan bernegara, mari kita memikirkan nasib kita sendiri sebagai daerah otonomi yang hasilnya tentu untuk kita sendiri juga.

Kita sebagai rakyat, terlebih daerah PAPATAR bukanlah sebagai penonton sebuah pameran sandiwara yang didalamnya banyak sekali ketidak adilan yang sampai sekarang masih tidak berujung dengan kebaikan. Terlebih dalam pemilihan ini, kita bukanlah seperti budak - budak yang akan di panen atau bahkan memanen saudara - saudara kita, memanen Ayah Ibu kita yang tidak paham dalam dunia politik atau dengan kata lain hanya pilihan "memilih tidak memilih harus memilih" sehingga mencapai ketidakpedulian tertinggi yang akan berujung pada kemiskinan kita juga.

Sebagai Rakyat BATAK yang pintar, kita tidaklah harus naik sebagai calon pemerintah untuk mewakili daerah kita sendiri. Tapi bagaimana kita menyuarakan suara penderitaan, menyampaikan suara tanah - tanah kita yang tidak pernah terkena pupuk, menyampaikan suara - suara dapur kita yang kering karna sulitnya taraf hidup, yang padahal oknum - oknum kapitalis mendapatkan segalanya di tanah kita.

Sebagai daerah pemekaran, hendaknya tahun 2015 - 2020 ini bisa menjadi tahun senyum yang menaburkan kedamaian karena kesejahteraan kita yang sudah mulai tersentuh. Tahun yang dimana tanah - tanah kita lebih hijau dan subur. Dan bukan tahun dimana anak - anak kita banyak putus sekolah karena ketidakpedulian dan ketidaktahuan yang berujung dengan tingkat stress yang paling tingi. Terlebih mahasiwa dari daerah kita yang tidak pernah dapat beasiswa dari Pemkab seperti daerah lain.
Dalam mencapai tujuan itu mari kita berkonsolidasi layaknya rimba yang masih tertata rapi di PAPATAR, mari kita berjuang menerjun sistem legitimasi layaknya sungai - sungai yang mengarah pada ketenangan karena keadilan. Seperti Rakyat batak yang suka akan pesta, rakyat batak yang suka manortor bersama dengan tidak ada kesenjangan sosial.

Horas Papatar
Azari Tumanggor

(bam/ppt. Sabtu, 4 Maret 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar