Senin, 24 April 2017

PERJUANGAN KELAS. PENDIDIKAN DAN EKONOMI PAPATAR

Seminar Pengembangan SDM Oleh Gen-PAPATAR (25/03/2017)

“Hasrat kaum pekerja akan ilmu pengetahuan merupakan salah satu manifestasi kebudayaan yang paling mencolok dewasa ini. Juga secara moral, perjuangan kelas bagi kaum tertinggal menandai renovasi budaya masyarakat. Namun partisipasi aktif kaum pekerja di dalam derap maju ilmu pengetahuan bergantung pada pemenuhan syarat-syarat modern keadaan sosial tertentu”
ROSA LUXEMBURG (Kemandegan dan Kemajuan Marxisme :1903).

Ketiga kecamatan ini masuk dalam kategori khusus bagi saya. Daerah pertanian yang cukup subur untuk selokasinya, namun tertinggal secara mental dan perekonomian rakyat. PAPATAR justru sering kali dijadikan objek kampanye politik. Namun secara sentralnya, kampanye hanya perjungan kaum menengah atas, untuk perebutan kekuasaan serta akses kepentingan.
Hal baiknya, industri pertanian masih tergolong belum ada. Biar pun secara teknis, dari segi alat-alat pertanian sudah mulai direnovasi menuju produktivitas kerja. Namun terburuknya, animo masyarakat terhadap pengelolaan tanah hampir menghilang. Itu terlihat dari dampak kecenderungan politik yang masih berharap pada akses yang diberikan pemerintah HUMBAHAS untuk memenuhi harga pasar dan produksi tanpa melihat nilai-nilai kelas pekerja. Termasuk dalam bidang keilmuan yang rendah.
Dari berbagai kritikan yang saya sampaikan di media sosial, kusebut bahwa PAPATAR seharusnya dijadikan sebagai lumbung produksi. Kekayaan produksi, termasuk ternak, bahan mentah pangan dan sandang bisa dinaikkan hingga lima kali lipat, jika akses pertanian dikelola dengan baik dan terbuka oleh jajaran PEMKAB. Hanya saja, itu akan setara dengan nilai serta kecerdasan budaya masyarakat, juga apabila animo generasi muda terhadap ilmu pengetahuan untuk percepatan produksi sudah mulai menaik.
Saya tidak memberikan agitasi berapi-api dan membakar emosi, bukan ajakan hasutan untuk bangkit dan melawan, atau menumbangkan sesuatu. Hanya saja dalam ekonomi politik kita berada dalam situasi yang ekstrem untuk golongan manusia modern. Sementara itu, sebentar lagi situasi akan berubah. Setelah mengkapiltalkan lingkaran Danau Toba berhasil, akan menular kepada kepemilikan modal, penjualan tanah adat yang ada di PAPATAR seperti yang kita lihat di daerah lain. Dan perjuangan-perjuangan akan berakhir karna generasi sudah terhenti dari sikap kritis akibat industri elektronik dan sikap konsumerisme kami sebagai generasi.
Dari segi ekonomi, pendidikan, sosial, politik dan pemerintahan kita berada dalam budaya dan cara-cara lama. Pendidikan misalnya. PAPATAR tak satu pun punya akses terhadap pengembangan minat dan bakat generasi muda. Apakah itu akses bimbingan belajar, perpustakaan umum, atau seruan untuk perubahan mindset bagi pendidik dan pelajar masih jauh dari transportasi pendidikan nasional. Hal ini membuat sifat kelas pekerja masih membuming tanpa memperhatikan profesionalitas. Nantinya akan ada 80% generasi papatar yang jadi kaum buruh tanpa memahami laba dan produksi di luar daerah.

Maka perjuangan kelas harus diteruskan. Baik pengelolaan tanah untuk percepatan produksi, praktek politik demokrasi dalihan natolu, sampai pada seruan untuk pembukaan akses tehnologi pertanian dan pendidikan.

Penulis: Azari Tumanggor (Ketua Komisariat GMKI FIP UNIMED cabang Medan_)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar