![]() |
Seminar Pengembangan SDM Oleh Gen-PAPATAR (25/03/2017) |
“Hasrat kaum pekerja akan ilmu pengetahuan merupakan salah satu
manifestasi kebudayaan yang paling mencolok dewasa ini. Juga secara moral,
perjuangan kelas bagi kaum tertinggal menandai renovasi budaya masyarakat. Namun
partisipasi aktif kaum pekerja di dalam derap maju ilmu pengetahuan bergantung
pada pemenuhan syarat-syarat modern keadaan sosial tertentu”
ROSA LUXEMBURG (Kemandegan dan Kemajuan Marxisme :1903).
Ketiga kecamatan ini masuk dalam
kategori khusus bagi saya. Daerah pertanian yang cukup subur untuk selokasinya,
namun tertinggal secara mental dan perekonomian rakyat. PAPATAR justru sering
kali dijadikan objek kampanye politik. Namun secara sentralnya, kampanye hanya
perjungan kaum menengah atas, untuk perebutan kekuasaan serta akses
kepentingan.
Hal baiknya, industri pertanian
masih tergolong belum ada. Biar pun secara teknis, dari segi alat-alat
pertanian sudah mulai direnovasi menuju produktivitas kerja. Namun terburuknya,
animo masyarakat terhadap pengelolaan tanah hampir menghilang. Itu terlihat
dari dampak kecenderungan politik yang masih berharap pada akses yang diberikan
pemerintah HUMBAHAS untuk memenuhi harga pasar dan produksi tanpa melihat
nilai-nilai kelas pekerja. Termasuk dalam bidang keilmuan yang rendah.
Dari berbagai kritikan yang saya
sampaikan di media sosial, kusebut bahwa PAPATAR seharusnya dijadikan sebagai
lumbung produksi. Kekayaan produksi, termasuk ternak, bahan mentah pangan dan
sandang bisa dinaikkan hingga lima kali lipat, jika akses pertanian dikelola
dengan baik dan terbuka oleh jajaran PEMKAB. Hanya saja, itu akan setara dengan
nilai serta kecerdasan budaya masyarakat, juga apabila animo generasi muda
terhadap ilmu pengetahuan untuk percepatan produksi sudah mulai menaik.
Saya tidak memberikan agitasi
berapi-api dan membakar emosi, bukan ajakan hasutan untuk bangkit dan melawan,
atau menumbangkan sesuatu. Hanya saja dalam ekonomi politik kita berada dalam
situasi yang ekstrem untuk golongan manusia modern. Sementara itu, sebentar
lagi situasi akan berubah. Setelah mengkapiltalkan lingkaran Danau Toba
berhasil, akan menular kepada kepemilikan modal, penjualan tanah adat yang ada
di PAPATAR seperti yang kita lihat di daerah lain. Dan perjuangan-perjuangan
akan berakhir karna generasi sudah terhenti dari sikap kritis akibat industri
elektronik dan sikap konsumerisme kami sebagai generasi.
Dari segi ekonomi, pendidikan,
sosial, politik dan pemerintahan kita berada dalam budaya dan cara-cara lama.
Pendidikan misalnya. PAPATAR tak satu pun punya akses terhadap pengembangan
minat dan bakat generasi muda. Apakah itu akses bimbingan belajar, perpustakaan
umum, atau seruan untuk perubahan mindset bagi pendidik dan pelajar masih jauh
dari transportasi pendidikan nasional. Hal ini membuat sifat kelas pekerja
masih membuming tanpa memperhatikan profesionalitas. Nantinya akan ada 80%
generasi papatar yang jadi kaum buruh tanpa memahami laba dan produksi di luar
daerah.
Maka perjuangan kelas harus
diteruskan. Baik pengelolaan tanah untuk percepatan produksi, praktek politik
demokrasi dalihan natolu, sampai pada seruan untuk pembukaan akses tehnologi
pertanian dan pendidikan.
Penulis: Azari Tumanggor (Ketua Komisariat GMKI FIP UNIMED cabang Medan_)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar